
Karangayar 2025 – Di tengah arus perubahan yang terus menguji ketahanan dunia pendidikan, sekolah-sekolah swasta dituntut untuk lebih dari sekadar bertahan mereka harus tumbuh dan berkembang bersama. Karena itu, pada Minggu, 29 Juni 2025, para kepala sekolah, bendahara, dan operator dari berbagai SMA swasta di Kota Semarang berkumpul dalam sebuah forum penting: Rapat Koordinasi Strategi Sinergi Kolaborasi SMA Swasta Kota Semarang.
Berlokasi di Kota Karanganyar, kegiatan ini menjadi momentum penyamaan arah sekaligus penyusunan strategi bersama dalam menghadapi tantangan nyata di lapangan. Di antara peserta yang hadir, SMA Agus Salim turut aktif mengambil peran, menjadi bagian dari denyut kolaborasi yang hangat dan saling menguatkan. Sekolah ini tidak hanya hadir secara administratif, tetapi juga terlibat dalam diskusi-diskusi yang tajam dan solutif, menandai komitmennya untuk terus berkontribusi dalam ekosistem pendidikan kota.
Dengan suasana yang cair namun tetap terarah, forum ini tidak hanya memotret persoalan yang ada, tetapi juga menawarkan jalan keluar. Mulai dari bagaimana mengelola sumber daya manusia dan anggaran, hingga bagaimana membangun budaya kerja yang saling mendukung.
Salah satu isu utama yang mengemuka adalah terkait pengelolaan Dana BOS. Dalam praktiknya, tak sedikit sekolah yang masih menjadikan dana ini sebagai sumber utama pembayaran gaji. Namun, dalam rapat ini ditegaskan kembali pentingnya memprioritaskan dana BOS untuk kegiatan yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas layanan pendidikan seperti pelatihan guru, penguatan literasi numerasi, hingga inovasi pembelajaran. Para peserta menyadari bahwa dana yang ada harus dikelola secara cerdas, agar mampu mendorong perubahan yang lebih luas dari sekadar mencukupi kebutuhan rutin.
Tak berhenti di soal anggaran, perhatian juga diarahkan pada peran vital operator sekolah. Mereka bukan hanya penjaga data, tapi jantung informasi yang memastikan aliran kebijakan dan pelaporan berjalan lancar. Operator yang sigap mengingatkan pembaruan data GTK, mengawal pengisian raport digital, atau memfasilitasi kebutuhan guru dalam akses teknologi jelas menjadi elemen yang tak terpisahkan dari kualitas tata kelola sekolah. Di SMA Agus Salim sendiri, peran operator telah berkembang menjadi mitra aktif guru dan kepala sekolah dalam merancang sistem kerja yang efisien dan responsif.
Namun semua sistem, data, dan alokasi anggaran akan pincang tanpa kepemimpinan yang kolaboratif. Kepala sekolah sebagai nakhoda lembaga dituntut untuk tidak hanya mengarahkan, tetapi juga merangkul. Dalam diskusi, muncul banyak pengalaman bagaimana membangun solidaritas di antara sesama kepala sekolah swasta, termasuk melalui forum-forum informal, kunjungan antarsekolah, dan program berbagi praktik baik. Dalam hal ini, SMA Agus Salim menunjukkan keteladanan lewat keterbukaannya menerima sekolah lain yang ingin belajar bersama, sekaligus aktif beranjangsana ke lembaga lain untuk menyerap inspirasi.
Semua gagasan itu kemudian dirangkum dalam satu nilai kunci bersama, yang dirumuskan dan disepakati peserta sebagai fondasi kolaborasi antar SMA swasta se-Kota Semarang. Nilai itu disebut dengan prinsip 5K:
- Komunikasi, yaitu membangun dialog yang terbuka, dua arah, dan saling percaya;
- Kolaborasi, yaitu melakukan kerja nyata secara lintas sekolah, bukan hanya wacana;
- Komitmen, yaitu menunjukkan keseriusan dan konsistensi untuk belajar bersama;
- Kontinyu, yaitu memastikan bahwa kerja sama yang sudah dimulai tidak berhenti di satu titik;
- Konsisten, yaitu menjaga agar pelaksanaan program tetap dalam jalurnya, tidak mudah goyah.
Kelima prinsip ini bukan hanya slogan, tetapi disepakati sebagai budaya bersama yang akan terus dihidupkan baik melalui forum formal maupun praktik keseharian di sekolah masing-masing.
Menjelang akhir pertemuan, satu hal terasa kuat: semangat gotong royong yang lahir bukan karena kewajiban struktural, melainkan karena kesadaran akan pentingnya saling menopang di tengah tantangan yang makin kompleks. SMA Agus Salim dan sekolah-sekolah swasta lainnya percaya, bahwa ketika masing-masing sekolah bergerak tidak hanya untuk dirinya sendiri, maka hasil yang dicapai akan jauh lebih besar daripada sekadar angka-angka prestasi.
Karena dalam dunia pendidikan, kemajuan bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang tidak meninggalkan yang lain.