
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, para guru dari SMP Agus Salim Semarang mengikuti kegiatan In House Training (IHT) bertema “Pengembangan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran dan Asesmen dalam Deep Learning”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 26 Juli 2025, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, bertempat di SMP 1 Kesatrian Semarang, Jalan Soekarno Hatta No. 64.
IHT ini dipimpin oleh Ibu Sri Sarmini, S.Pd., M.Pd., yang juga merupakan pengawas sekolah sekaligus fasilitator dalam penguatan kurikulum dan pembelajaran. Kehadiran beliau dalam kegiatan ini memberikan semangat tersendiri bagi para guru untuk membuka diri terhadap pembelajaran baru yang relevan dengan tantangan zaman.
Perubahan kurikulum dan arah kebijakan pendidikan nasional menuntut guru untuk tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi pembimbing yang mampu memahami karakter dan kebutuhan belajar murid. Konsep pembelajaran mendalam (deep learning) hadir sebagai pendekatan yang menekankan pada proses belajar yang utuh, tidak hanya kognitif, tetapi juga afektif dan sosial.
Melalui IHT ini, para guru diajak untuk merefleksikan kembali proses pembelajaran yang selama ini dilakukan, serta diberikan pemahaman dan keterampilan baru agar mampu mengembangkan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Memahami Dimensi Profil Lulusan
Salah satu bagian penting dari pelatihan ini adalah pendalaman terhadap delapan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Guru tidak hanya diajak mengenal satu per satu dimensi tersebut secara teori, tetapi juga belajar bagaimana mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran yang kontekstual dan menyatu dengan keseharian siswa.
Guru dari SMP Agus Salim menunjukkan antusiasme dalam mendiskusikan nilai-nilai seperti gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kebhinekaan global. Mereka berbagi pengalaman dan strategi bagaimana nilai-nilai ini bisa muncul secara alami dalam kegiatan belajar di kelas.
Merancang Pembelajaran yang Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan
Salah satu inti dari kegiatan IHT ini adalah menggali lebih dalam tentang tiga prinsip utama dalam pembelajaran mendalam, yaitu berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Ketiga prinsip ini bukan sekadar teori, melainkan filosofi dasar yang perlu hadir dalam setiap aktivitas belajar di kelas. Guru bukan hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun ruang belajar yang hidup, reflektif, dan penuh makna bagi siswa.
Berkesadaran, Mengajar dengan Hati dan Kesadaran Penuh
Prinsip pertama, berkesadaran, menekankan pentingnya kehadiran guru secara utuh bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan intelektual. Guru dituntut untuk benar-benar memahami siapa murid yang sedang mereka hadapi: apa latar belakang sosial dan budaya mereka, apa kebutuhan belajarnya, bagaimana kondisi psikologisnya, dan apa potensi maupun tantangan yang mereka hadapi dalam proses belajar.
Mengajar dengan kesadaran penuh berarti guru tidak lagi menggunakan pendekatan seragam untuk semua murid. Setiap interaksi pembelajaran perlu mempertimbangkan konteks. Seorang guru yang berkesadaran akan menyesuaikan gaya mengajarnya ketika melihat murid sedang dalam kondisi sulit, atau memberikan ruang lebih bagi murid yang butuh waktu dalam memahami materi..
Bermakna, Menghubungkan Materi dengan Kehidupan Nyata
Prinsip kedua adalah bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang tidak berhenti pada “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga menjawab pertanyaan “mengapa ini penting bagi saya?” Guru ditantang untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dan pengalaman hidup siswa sehari-hari. Ini bertujuan agar siswa tidak merasa belajar hanya demi nilai atau ujian, melainkan karena mereka memahami fungsi dan manfaat pengetahuan tersebut.
Misalnya, saat mengajarkan tentang matematika, guru bisa menghubungkannya dengan perhitungan keuangan sederhana yang berkaitan dengan kegiatan jual beli. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa dapat diajak menulis surat permohonan yang mungkin akan mereka butuhkan dalam kehidupan nyata. Bahkan dalam pelajaran IPA, konsep energi bisa dihubungkan dengan kebiasaan hemat listrik di rumah.
Dengan cara ini, siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengolah dan memaknainya dalam konteks kehidupan mereka. Guru-guru dari SMP Agus Salim pun aktif merancang skenario pembelajaran yang kontekstual dan membumi, sehingga murid merasa lebih dekat dengan materi pelajaran.
Menggembirakan, Membangun Suasana Belajar yang Penuh Semangat
Yang ketiga adalah menggembirakan. Ini bukan berarti pembelajaran harus selalu penuh permainan atau hiburan, tetapi lebih kepada bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang hangat, aman, dan menyenangkan. Suasana kelas yang menggembirakan memungkinkan siswa untuk merasa nyaman dalam berpendapat, tidak takut melakukan kesalahan, dan termotivasi untuk terus mencoba.
Pembelajaran yang menggembirakan mampu membuka potensi siswa lebih luas. Anak-anak merasa dihargai, antusias mengikuti proses, dan tidak merasa tertekan. Guru yang menyapa dengan senyum, memberikan waktu untuk istirahat mental, atau merespon dengan cara yang menghargai, akan membentuk iklim kelas yang positif.
Dalam pelatihan ini, para guru juga diajak untuk mengevaluasi metode yang selama ini digunakan. Apakah sudah memberi ruang dialog dua arah? Apakah murid sudah diberi ruang untuk terlibat aktif, bukan hanya mendengarkan? Guru-guru dari SMP Agus Salim mulai menggagas cara-cara kreatif agar kelas terasa lebih hidup, seperti menggunakan proyek sederhana, diskusi kelompok, hingga refleksi mingguan.
Menguatkan Pondasi Pembelajaran yang Menyentuh Jiwa
Ketiga prinsip ini saling berkaitan dan memperkuat satu sama lain. Tanpa kesadaran, guru akan kehilangan arah; tanpa makna, pembelajaran akan terasa hambar; dan tanpa kegembiraan, proses belajar bisa berubah menjadi beban. Maka, IHT ini menjadi momen penting untuk menyadari kembali esensi sejati pendidikan: mendampingi siswa tumbuh sebagai manusia yang utuh.
Dengan menginternalisasi prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, para guru diharapkan mampu menghadirkan pengalaman belajar yang tidak hanya menyentuh aspek intelektual, tetapi juga menyentuh hati, membentuk karakter, dan memperkuat motivasi belajar jangka panjang. Pembelajaran pun menjadi perjalanan bersama antara guru dan murid, bukan sekadar penyampaian materi.
Menguatkan Siklus Pengalaman Belajar Mendalam Dari Memahami hingga Merefleksikan
Selain memahami prinsip-prinsip dasar pembelajaran mendalam, para guru juga dibekali dengan pemahaman yang lebih konkret tentang siklus pengalaman belajar mendalam. Siklus ini menjadi kerangka penting dalam merancang pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada pencapaian kognitif, tetapi juga pada pemahaman yang utuh dan berkelanjutan. Siklus ini terdiri dari tiga tahap penting yang saling terhubung dan membentuk alur belajar yang aktif dan reflektif, yakni memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan.
Memahami, Menguasai Konsep Secara Utuh
Tahap pertama adalah memahami, yaitu ketika siswa benar-benar menguasai konsep dasar secara tepat dan mendalam. Pada tahap ini, siswa tidak hanya mampu menghafal definisi atau rumus, tetapi juga memahami mengapa konsep tersebut penting dan bagaimana kaitannya dengan topik lain. Pembelajaran yang mendalam dimulai dari pemahaman yang kuat, karena pemahaman inilah yang menjadi fondasi bagi tahap-tahap berikutnya.
Dalam praktiknya, guru perlu memastikan bahwa siswa tidak sekadar menjawab soal dengan benar, tetapi juga dapat menjelaskan alasannya. Mereka perlu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi konsep dari berbagai sudut pandang, berdiskusi, bertanya, dan mencoba memahami makna di balik materi yang mereka pelajari. Guru dari SMP Agus Salim pun didorong untuk menciptakan suasana kelas yang mendorong proses berpikir kritis dan terbuka terhadap berbagai pertanyaan.
Mengaplikasikan, Membawa Pengetahuan ke Dunia Nyata
Tahap kedua adalah mengaplikasikan. Setelah memahami konsep, siswa perlu diberikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi nyata atau kontekstual. Ini bisa melalui proyek, studi kasus, pemecahan masalah, atau simulasi yang menyerupai tantangan kehidupan sehari-hari.
Mengaplikasikan berarti siswa benar-benar menghidupkan pengetahuan mereka. Dalam pelatihan ini, guru-guru SMP Agus Salim diberikan ruang untuk berbagi dan merancang berbagai strategi pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), tantangan dunia nyata, atau tugas kolaboratif yang menuntut penerapan pemahaman. Misalnya, dalam pelajaran IPS, siswa diminta merancang peta persebaran ekonomi lokal di sekitar rumah mereka. Dalam IPA, siswa membuat poster kampanye hemat energi dengan menerapkan pengetahuan tentang sumber daya alam.
Tahap aplikasi ini membantu siswa melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kebutuhan dan peristiwa di lingkungan sekitarnya. Ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan tidak terputus dari kenyataan.
Merefleksikan, Belajar dari Proses dan Hasil
Tahap terakhir, yang tidak kalah penting, adalah merefleksikan. Di tahap ini, siswa diajak untuk mengevaluasi apa yang sudah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan sejauh mana proses tersebut membantu mereka mencapai pemahaman atau keterampilan baru. Refleksi menjadi ruang untuk menyadari kekuatan dan kekurangan diri, sekaligus menetapkan langkah perbaikan ke depan.
Refleksi bukan hanya tentang menilai hasil akhir, melainkan tentang menyadari proses. Murid bisa diajak menjawab pertanyaan seperti: “Apa yang saya pelajari hari ini?”, “Apa yang saya lakukan dengan baik?”, atau “Bagaimana saya bisa memperbaiki cara saya belajar?” Dalam pelatihan ini, guru SMP Agus Salim juga belajar bahwa refleksi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari jurnal belajar, diskusi reflektif, hingga pemetaan pikiran (mind mapping).
Menariknya, para guru menyadari bahwa refleksi seharusnya tidak hanya menjadi bagian dari proses belajar siswa, tetapi juga bagian dari kebiasaan profesional guru. Seorang guru yang terus merefleksikan pembelajaran yang ia laksanakan akan lebih peka terhadap kebutuhan murid, lebih terbuka terhadap perubahan, dan mampu mengembangkan praktik mengajarnya dari waktu ke waktu.
Merancang Pembelajaran Berbasis Siklus
Dalam sesi diskusi kelompok, para guru dari SMP Agus Salim secara aktif merancang berbagai contoh kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketiga tahapan dalam siklus ini. Mereka mengidentifikasi bagian-bagian mana dalam proses belajar yang dapat dikembangkan, serta menyusun strategi agar setiap tahapan berjalan seimbang. Kegiatan ini membuka kesadaran baru bahwa merancang pembelajaran tidak cukup hanya membuat RPP atau perangkat ajar, tetapi perlu mempertimbangkan bagaimana siswa mengalami proses belajar itu secara utuh.
IHT ini memberikan bekal penting bahwa pengalaman belajar mendalam tidak terjadi secara kebetulan. Ia harus dirancang dengan sadar, dijalankan dengan penuh empati, dan dievaluasi dengan semangat reflektif. Ketika ketiga tahap memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan dilaksanakan secara konsisten, maka pembelajaran tidak hanya akan menghasilkan siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh dalam berpikir dan bertindak.
Dengan memahami dan menerapkan siklus ini, para guru SMP Agus Salim berkomitmen untuk membawa semangat pembelajaran mendalam ke dalam setiap pertemuan di kelas. Mereka percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang hari ini, tetapi tentang menyiapkan generasi masa depan yang mampu berpikir mandiri, bertindak bijak, dan belajar sepanjang hayat.
Membangun Budaya Sekolah yang Positif dan Inklusif
IHT ini juga menekankan pentingnya budaya sekolah dalam menunjang proses pembelajaran. Guru diajak untuk merenungkan kembali relasi yang terbangun antara mereka dengan murid. Hubungan yang dilandasi rasa saling memuliakan dan komunikasi yang empatik akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung tumbuh kembang siswa.
Para guru kemudian membuat komitmen bersama untuk membangun suasana belajar yang lebih humanis, dengan menempatkan siswa sebagai individu yang dihargai, didengar, dan diberi ruang untuk berkembang sesuai potensinya.
Kegiatan IHT ini bukan hanya seremonial atau sekadar menambah wawasan, tetapi menjadi titik awal perubahan cara pandang guru terhadap proses belajar-mengajar. Guru tidak lagi berfokus hanya pada hasil akhir, tetapi lebih pada proses belajar yang utuh dan bermakna bagi setiap siswa.
Dengan semangat kolaborasi, refleksi, dan inovasi yang ditumbuhkan dalam pelatihan ini, para guru SMP Agus Salim siap membawa pembelajaran ke arah yang lebih baik. Pembelajaran yang tidak hanya membuat siswa paham, tetapi juga peduli, percaya diri, dan siap menghadapi masa depan.
#SMPAgusSalim #InHouseTraining2025 #PembelajaranMendalam #DeepLearning #ProfilPelajarPancasila #KompetensiGuru #BudayaSekolahPositif