
Semarang, 10 Juni 2025 — Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti Aula SMP Negeri 5 Semarang ketika puluhan guru Bahasa Jawa dari berbagai sekolah, termasuk perwakilan dari SMP Agus Salim, berkumpul dalam acara Diseminasi Perlindungan Bahasa Daerah dan Sosialisasi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional yang digagas oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan MGMP Bahasa Jawa Kota Semarang dan lembaga pendidikan tinggi, sebagai respons atas kondisi kritis yang dihadapi bahasa daerah di era global.
Bahasa Daerah di Persimpangan Jalan
Dalam sambutannya, pihak penyelenggara menyampaikan bahwa bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa, kini berada di persimpangan jalan. Generasi muda semakin tergerus arus digitalisasi dan lebih akrab dengan bahasa asing maupun bahasa Indonesia ragam urban. Oleh karena itu, kegiatan diseminasi dan sosialisasi seperti ini menjadi tonggak penting dalam menyelamatkan bahasa daerah dari kepunahan.
Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Ibu Sri Sarmini, M.Pd.
Sesi pertama diisi oleh narasumber utama, Ibu Sri Sarmini, S.Pd., M.Pd. . Dalam paparannya tentang Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD), beliau menekankan pentingnya kesadaran kolektif dari masyarakat dan lembaga pendidikan untuk menghidupkan kembali penggunaan bahasa Jawa dalam konteks sehari-hari.
“Revitalisasi bukan hanya mengajarkan anak-anak untuk berbicara dalam bahasa Jawa, tetapi membangun rasa cinta dan bangga terhadap akar budayanya. Jika tidak kita rawat, dalam satu dua generasi saja, bahasa Jawa bisa tinggal dalam buku sejarah,” ujar Ibu Sri dengan nada prihatin namun penuh harapan.
Beliau juga menyampaikan strategi pelibatan siswa, orang tua, dan masyarakat dalam kegiatan berbahasa daerah, termasuk melalui kegiatan ekstrakurikuler, perlombaan, dan integrasi dalam kegiatan sekolah.
Sosialisasi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 oleh Para Pakar dan Praktisi
Acara kemudian dilanjutkan dengan Sosialisasi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025, sebuah ajang tahunan yang menjadi wadah ekspresi dan kreativitas siswa dalam bahasa daerah. Sosialisasi ini dipandu oleh Bapak Bambang Sulanjari, S.S., M.A., dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), yang juga didampingi oleh tim MGMP Bahasa Jawa Kota Semarang: Bapak Jumo Purwito, S.Pd., M.Pd., Bapak Eko Santoso, S.Pd., dan Bapak Akhmad Yusup, S.S., Gr.
Dalam sesi yang interaktif dan penuh antusiasme ini, para narasumber menyampaikan berbagai bentuk kegiatan dan mata lomba yang akan dipertandingkan dalam FTBI 2025, antara lain:
- Nembang Macapat
Siswa diajak untuk menghayati dan menyanyikan tembang-tembang macapat, salah satu bentuk sastra lisan Jawa yang sarat makna dan filosofi kehidupan. - Nulis lan Maca Aksara Jawa
Literasi aksara Jawa menjadi fokus penting agar generasi muda tidak hanya bisa membaca tetapi juga menulis dengan benar, sekaligus memperkenalkan huruf-huruf asli Nusantara. - Dongeng Jawa
Mendongeng dengan bahasa Jawa untuk menghidupkan kembali cerita rakyat yang penuh nilai moral, kearifan lokal, dan edukasi karakter. - Ndhagel Ijen
Pertunjukan lawakan tunggal berbahasa Jawa dengan tema kekinian yang mengangkat kritik sosial dan budaya dengan gaya khas dan jenaka. - Sesorah
Kegiatan berpidato atau orasi dalam bahasa Jawa yang melatih keberanian, ketajaman berpikir, dan kepiawaian berbahasa secara formal. - Geguritan
Penyusunan puisi Jawa sebagai bentuk ekspresi sastra dan estetika batin melalui bait-bait penuh rasa. - Nulis Cerkak (Cerita Cekak)
Keterampilan menulis cerita pendek dalam bahasa Jawa yang menuntut kreativitas, penguasaan kosakata, serta kemampuan membangun alur cerita.
Para peserta, termasuk guru dari SMP Agus Salim, sangat antusias mengikuti sesi pelatihan teknis penilaian dan pembinaan lomba. Banyak dari mereka mengajukan pertanyaan terkait strategi pembinaan siswa di sekolah, termasuk integrasi materi FTBI ke dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler.
Komitmen SMP Agus Salim: Dari Sosialisasi Menuju Aksi Nyata
Keikutsertaan guru Bahasa Jawa dari SMP Agus Salim Ibu Milhana Annajichah Rouf, S.Pd. dalam kegiatan ini bukan sekadar formalitas, tetapi mencerminkan komitmen sekolah dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal. Dengan bekal ilmu dan semangat yang diperoleh dari diseminasi dan sosialisasi ini, para guru siap menularkannya kepada siswa melalui kelas-kelas Bahasa Jawa yang lebih kontekstual, kreatif, dan membumi.
Kepala SMP Agus Salim menyambut baik langkah ini dan menyatakan bahwa sekolah akan berpartisipasi aktif dalam FTBI 2025 serta menjadikan bahasa Jawa sebagai bagian penting dari karakter dan kepribadian siswa. Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk mempererat jaringan antarguru dan sekolah dalam semangat pelestarian budaya bangsa.
Menatap Masa Depan Bahasa Ibu dengan Optimisme
Dengan semangat gotong royong antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan komunitas guru, Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 dan program Revitalisasi Bahasa Daerah diharapkan mampu menjadi lokomotif utama dalam menyelamatkan bahasa ibu dari kepunahan. Bahasa Jawa, sebagai bahasa yang kaya filosofi dan nilai, harus terus dihidupkan tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai jiwa dari kebudayaan.
Semoga kegiatan seperti ini terus diperluas cakupannya, dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk melakukan hal serupa. Karena sejatinya, menyelamatkan bahasa ibu adalah menyelamatkan jati diri bangsa.