
Hari ketiga perayaan HUT RI ke-80 di SMP SMA Agus Salim, Selasa, 12 Agustus 2025, dimulai dengan suasana yang berbeda dari hari-hari biasanya. Pagi itu, seluruh siswa berkumpul di lapangan utama sekolah, membentuk barisan rapi. Udara pagi yang segar terasa begitu pas untuk memulai kegiatan.
Acara diawali dengan sholat dhuha berjamaah, diikuti doa bersama memohon kelancaran lomba. Setelah imam mengucapkan salam, suasana berubah dari khidmat menjadi penuh semangat. Guru pembina memberi pengarahan singkat, lalu panitia memanggil peserta lomba pertama. Tepuk tangan dan sorakan dari teman-teman langsung menggema, menandai dimulainya rangkaian kompetisi hari ini.
1. Lomba Peraturan Baris Berbaris (PBB), Langkah Tegap, Komando Tegas






Lomba PBB berlangsung di lapangan depan sekolah. Setiap tim, terdiri dari belasan siswa, masuk ke arena dengan langkah tegap yang serentak. Komandan pleton memimpin dengan suara lantang yang menggema, memberi aba-aba dengan percaya diri.
Para peserta menampilkan gerakan dasar PBB seperti hadap kanan, hadap kiri, jalan di tempat, hingga formasi maju mundur. Beberapa tim menambahkan variasi gerakan dan yel-yel penyemangat yang membuat penonton bersorak.
Juri menilai dengan telitibmulai dari kerapian pakaian, sinkronisasi langkah, ketegasan komando, hingga ekspresi wajah peserta dan yang lainnya. Sinar matahari yang mulai meninggi tidak mengurangi semangat mereka. Bahkan, beberapa penonton tak segan berteriak memberi dukungan keras-keras untuk memompa semangat timnya. Lomba ini benar-benar memamerkan disiplin, kekompakan, dan rasa percaya diri.
2. Lomba Bacaan Sholat dan Gerakannya, Khidmat dan Penuh Konsentrasi


Dari lapangan, suasana bergeser ke ruang kelas sekolah yang sejuk. Lomba Bacaan Sholat dan Gerakannya menguji peserta dalam dua aspek: kelancaran hafalan bacaan dan ketepatan gerakan sholat.
Peserta masuk satu per satu ke hadapan juri, berdiri tegak, lalu memulai dengan takbiratul ihram. Bacaan Al-Fatihah, surat pendek, hingga doa rukuk dan sujud dilafalkan dengan intonasi jelas, sesuai kaidah tajwid. Gerakan sholat mulai dari berdiri, rukuk, i’tidal, sujud, hingga duduk tahiyat dilakukan dengan khusyuk dan tertib.
Juri memberi penilaian dari beberapa aspek, diantaranya adalah hafalan, makhraj, tajwid, gerakan, dan kekhusyukan. Penonton di kelas menjaga ketenangan, memberi ruang bagi peserta untuk fokus. Lomba ini mengingatkan semua orang bahwa semangat kemerdekaan juga harus diiringi dengan penguatan nilai-nilai ibadah.
3. Lomba Hias Nasi Goreng: Kreativitas Hiasan Jadi Kunci


Setelah Sholat Dhuha, koridor sekolah dipenuhi meja-meja yang sudah ditata rapi untuk Lomba Hias Nasi Goreng. Tidak ada suara gemericik wajan atau aroma tumisan bumbu, karena seluruh peserta sudah membawa nasi goreng polos dari rumah. Justru, tantangan lomba ini terletak pada bagaimana mereka mengubah nasi goreng sederhana menjadi sajian yang menarik dan penuh makna.
Setiap tim datang dengan peralatan dan bahan hias masing-masing piring saji, irisan sayuran segar, telur dadar, keju parut, sosis, bahkan potongan buah untuk menambah warna. Suasana riuh dipenuhi suara peserta yang sibuk memberi instruksi: “Taruh timunnya di sisi kiri!”, “Telurnya dibentuk hati saja!”, atau “Bendanya mirip bendera merah putih ya!”.
Ada yang membuat motif bunga dari irisan timun dan wortel, ada yang membentuk nasi goreng menyerupai gunung lengkap dengan “bendera” kecil di puncaknya, dan ada yang menghiasnya dengan telur dadar tipis bergaris-garis merah putih dari saus tomat dan sambal.
Juri menilai berdasarkan kreativitas, kerapian, kesesuaian tema kemerdekaan, serta kebersihan penyajian. Penonton yang lewat tak jarang berhenti untuk melihat proses menghias, bahkan beberapa ada yang bercanda sambil memohon: “Kalau sudah selesai, boleh dicicip nggak?”.












Hasil akhirnya benar-benar memanjakan mata, membuktikan bahwa keindahan sajian tak selalu butuh dapur dan kompor cukup kreativitas dan kerja sama tim.
4. Pertandingan Futsal, Duel Panas di Lapangan
Sesi terakhir hari ini adalah pertandingan futsal yang selalu menjadi magnet penonton. Suara peluit wasit menjadi tanda dimulainya laga penyisihan. Sorakan “ayo… ayo…!” menggema di pinggir lapangan.


Babak Penyisihan
- VIII A (2) vs (1) VIII B – Pertarungan sengit, gol penentu tercipta di menit akhir lewat tendangan jarak jauh.
- IX A (4) vs (0) IX B – IX A tampil superior, menguasai bola hampir sepanjang laga.
- XI (5) vs (1) X – XI memanfaatkan keunggulan postur dan strategi, mencetak gol cepat di awal babak.
Babak Semifinal
- VII B (5) vs (2) VIII A – VII B bermain agresif dengan pressing ketat, membuat lawan kesulitan mengembangkan permainan.
- IX A (2) vs (3) XI (Menang Adu Penalti) – Pertandingan paling dramatis hari itu. Skor imbang hingga peluit akhir, lalu XI menuntaskan laga dengan kemenangan tipis di babak adu penalti.
Penonton bersorak di setiap gol, dan tepuk tangan tak hanya diberikan kepada pemenang, tetapi juga tim yang kalah sebagai bentuk sportivitas. Lapangan menjadi saksi betapa semangat juang dan kekompakan menjadi kunci di setiap laga.







Hari ketiga ini memberikan pelajaran penting bahwa perayaan kemerdekaan bisa dilakukan dengan cara yang mendidik, menghibur, sekaligus membentuk karakter. PBB menanamkan disiplin, lomba Bacaan Sholat memperdalam ibadah, hias nasi goreng mengasah kreativitas, dan futsal mengajarkan kerja sama serta sportivitas.
Dimulai dari sholat dhuha, diakhiri dengan sorak kemenangan, seluruh rangkaian lomba hari ini menjadi bagian dari cerita indah HUT RI ke-80 di SMP SMA Agus Salim cerita yang akan diingat lama oleh seluruh siswa.