
Pada hari Kamis, 28 November 2024, gedung perpustakaan SMA Agus Salim Semarang dipenuhi oleh semangat siswa yang antusias mengikuti kegiatan literasi digital bertajuk “Saring Sebelum Sharing.” Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Acara tersebut menghadirkan Lisa Mardiana, S.Sos, M.I.Kom, seorang dosen yang dikenal ahli di bidang komunikasi digital, sebagai pemateri utama. Beliau didampingi oleh tujuh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang bertugas membantu jalannya kegiatan, seperti memandu diskusi kelompok dan mendampingi siswa saat praktik langsung.


Dalam pembukaan acara, Lisa Mardiana menyampaikan tujuan utama kegiatan ini, yaitu membekali siswa dengan kemampuan untuk memilah dan menyaring informasi sebelum menyebarkannya di media sosial. “Kegiatan ini sengaja kami arahkan untuk pelajar seperti kalian agar lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. Dengan literasi digital yang baik, kalian tidak hanya mampu menghindari penyebaran hoaks, tetapi juga bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan bermanfaat,” ungkapnya. Pernyataan ini menggugah kesadaran siswa akan peran penting mereka di era informasi yang serba cepat dan mudah diakses.
Materi yang disampaikan mencakup berbagai aspek penting dalam literasi digital, seperti cara mengenali hoaks, langkah-langkah memverifikasi berita, dan dampak buruk penyebaran informasi palsu. Lisa menjelaskan dengan gaya penyampaian yang santai tetapi mendalam, sehingga siswa merasa nyaman untuk bertanya dan berdiskusi. Salah satu contoh kasus yang diangkat adalah berita viral yang ternyata tidak benar, yang kemudian dijadikan bahan analisis bersama. Dengan bantuan mahasiswa, para siswa diarahkan untuk mengidentifikasi ciri-ciri hoaks, seperti penggunaan sumber yang tidak jelas, judul yang sensasional, dan informasi yang tidak konsisten.


Kegiatan ini juga dirancang interaktif dengan menyisipkan praktik langsung. Para siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk melakukan simulasi bagaimana memverifikasi berita menggunakan berbagai alat yang tersedia di internet. Mereka diajak mempraktikkan langkah-langkah sederhana, seperti memeriksa sumber berita, membandingkan informasi dengan media terpercaya, hingga berpikir kritis sebelum memutuskan untuk membagikan informasi. Aktivitas ini tidak hanya mendidik tetapi juga menyenangkan, karena siswa dapat saling berdiskusi dan berbagi pandangan.
Pada sesi terakhir, setiap kelompok diberi tantangan untuk membuat kampanye digital bertema “Saring Sebelum Sharing.” Dalam waktu yang singkat, mereka berhasil menciptakan poster dan konsep unggahan media sosial yang menarik dan edukatif. Beberapa siswa dengan antusias mempresentasikan karya mereka di hadapan teman-teman dan para pemateri. Hasilnya sangat membanggakan, karena para siswa menunjukkan pemahaman mendalam tentang pentingnya literasi digital. Salah satu siswa, Siti, menyampaikan pengalamannya, “Tadinya aku nggak pernah berpikir untuk cek berita lebih dulu sebelum membagikannya. Tapi sekarang aku tahu betapa pentingnya itu, karena apa yang kita bagikan bisa berdampak besar.”


Pihak sekolah, melalui kepala sekolah SMA Agus Salim, memberikan apresiasi tinggi kepada Udinus atas inisiatif ini. Beliau menegaskan bahwa kegiatan seperti ini sangat relevan dengan kebutuhan siswa di era digital yang penuh tantangan. “Kami merasa bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan edukasi ini. Literasi digital bukan hanya tentang menghindari hoaks, tetapi juga membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi,” ujarnya.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, harapan besar muncul agar siswa tidak hanya menjadi konsumen informasi yang bijak, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan dalam lingkungan mereka. Kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan sekolah menengah seperti ini menjadi bukti bahwa edukasi dapat dilakukan secara inklusif, menyentuh berbagai lapisan masyarakat, dan menciptakan dampak positif yang nyata. “Saring Sebelum Sharing” bukan hanya sekadar slogan, tetapi sebuah gerakan yang diharapkan terus hidup di hati generasi muda.

