
Pada hari Selasa, 3 September 2024, telah diselenggarakan Pelatihan Psychological First Aid (PFA) bagi Guru SMP dengan fokus penanganan korban bullying. Pelatihan ini diadakan di Larasati Hall, Hotel New Puri Garden, Semarang Barat, Kota Semarang. Kegiatan ini merupakan inisiatif penting untuk meningkatkan kapasitas guru dalam menangani siswa yang mengalami bullying, sebuah isu yang kian menjadi perhatian serius di lingkungan pendidikan.
Pelatihan PFA ini dihadiri oleh puluhan guru SMP dari berbagai sekolah di Semarang dan sekitarnya. Mereka berkumpul dengan tujuan yang sama: memperkuat kemampuan mereka dalam memberikan pertolongan pertama secara psikologis kepada siswa yang menjadi korban bullying. Melalui pelatihan ini, para guru diharapkan dapat lebih peka dan siap untuk memberikan dukungan awal yang tepat sebelum siswa mendapatkan penanganan lanjutan dari ahli profesional.
Acara dimulai dengan sambutan dari pihak penyelenggara yang menyampaikan pentingnya PFA dalam konteks pendidikan. Dijelaskan bahwa bullying tidak hanya berdampak pada fisik tetapi juga mental dan emosional siswa, sehingga diperlukan tindakan yang cepat dan tepat dalam menangani korban. Psychological First Aid (PFA) adalah pendekatan yang dirancang untuk memberikan dukungan segera dan praktis kepada individu yang mengalami tekanan akibat insiden traumatis, dalam hal ini, bullying.
Sesi pertama pelatihan dibuka dengan paparan mengenai dasar-dasar PFA yang disampaikan oleh seorang psikolog klinis berpengalaman. Peserta diperkenalkan pada konsep dan prinsip PFA, termasuk cara mengenali tanda-tanda distress pada siswa, langkah-langkah dalam memberikan dukungan psikologis awal, serta cara membangun hubungan empatik dengan siswa yang mengalami bullying. Pemahaman mendalam ini sangat penting agar guru dapat memberikan respon yang sesuai terhadap situasi yang seringkali sensitif dan kompleks.
Selanjutnya, peserta diajak untuk terlibat dalam sesi praktek simulasi. Dalam simulasi ini, para guru memainkan peran sebagai korban dan penolong, sehingga mereka dapat merasakan langsung tantangan dalam menerapkan PFA di situasi nyata. Simulasi ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk menguji pemahaman mereka tentang teknik-teknik komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan aktif, memberikan dukungan tanpa penilaian, dan menenangkan siswa yang sedang mengalami kepanikan atau stres.
Pada sesi berikutnya, para peserta mendapat penjelasan mengenai berbagai jenis bullying yang umum terjadi di sekolah, mulai dari bullying fisik, verbal, hingga cyberbullying. Setiap jenis bullying memiliki dampak psikologis yang berbeda, dan pelatihan ini menekankan pentingnya penanganan yang spesifik sesuai dengan jenis bullying yang dialami siswa. Pengetahuan ini diharapkan dapat membantu para guru untuk lebih responsif dan efektif dalam menangani kasus-kasus bullying di sekolah mereka.
Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok, di mana para peserta berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi dalam menangani kasus bullying di sekolah masing-masing. Diskusi ini membuka wawasan baru bagi para guru tentang berbagai pendekatan yang dapat diambil dalam penanganan bullying, serta pentingnya kerjasama antara guru, orang tua, dan pihak sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa.
Menjelang akhir acara, narasumber memberikan tips dan strategi jangka panjang untuk mencegah bullying di sekolah. Para peserta diberi pemahaman tentang pentingnya membangun budaya sekolah yang inklusif, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Selain itu, ditekankan pula pentingnya program pengawasan yang efektif dan keterlibatan aktif dari seluruh elemen sekolah dalam pencegahan bullying.
Pelatihan diakhiri dengan penyerahan sertifikat kepada para peserta sebagai pengakuan atas partisipasi dan komitmen mereka dalam meningkatkan kualitas penanganan bullying di sekolah. Dengan bekal ilmu dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini, diharapkan para guru dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan kondusif bagi perkembangan siswa.
Acara ini tidak hanya memberikan manfaat secara langsung bagi para guru, tetapi juga menjadi langkah awal yang signifikan dalam membentuk pendekatan yang lebih terstruktur dan profesional dalam menangani bullying di sekolah. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi pelatihan serupa di masa depan, yang tidak hanya berfokus pada penanganan pasca-kejadian tetapi juga pencegahan dan edukasi bagi seluruh komunitas sekolah.