
Pada Kamis, 16 Januari 2025, SMA Agus Salim menggelar Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS), sebuah agenda penting yang bertujuan mengevaluasi sekaligus memperkuat manajemen pendidikan. Kegiatan ini dimentori oleh Dra. Galuh Wijayanti, M.Pd, seorang praktisi pendidikan berpengalaman yang memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana sekolah dapat terus berkembang menjadi institusi unggul.
PKKS bukan sekadar formalitas tahunan, melainkan menjadi ajang refleksi dan pengembangan bagi kepala sekolah beserta seluruh tim. Dra.. Galuh Wijayanti membawa perspektif segar dengan menitikberatkan pada penguatan kepribadian kepala sekolah, loyalitas tim kerja, pentingnya pembiasaan refleksi, serta keterlibatan komunitas sekolah termasuk orang tua siswa.
Landasan Kepemimpinan yang Kuat
Salah satu topik utama yang mendapatkan perhatian dalam pembahasan ini adalah karakter dan kepribadian dari seorang kepala sekolah. Dalam pandangan Dra. Galuh, yang merupakan seorang ahli pendidikan dengan banyak pengalaman, kepala sekolah bukan hanya seorang administrator yang bertanggung jawab atas kelancaran operasional sekolah, tetapi juga seorang pemimpin moral dan sosok yang bisa menjadi inspirasi bagi seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, dan staf.
Dra. Galuh mengungkapkan bahwa “Kepribadian yang kokoh adalah cerminan dari integritas yang tinggi, keberanian dalam membuat keputusan yang sulit, serta kemampuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait.” Seorang kepala sekolah tidak hanya diharapkan untuk menjalankan tugas-tugas administratif dengan baik, tetapi juga untuk menjadi contoh dan panutan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Mereka harus menunjukkan perilaku yang dapat diteladani oleh siswa dan staf, serta mampu menghadapi berbagai tantangan dengan sikap yang positif dan konstruktif. Menurut Dra. Galuh, ini adalah pondasi utama yang diperlukan untuk menciptakan suasana sekolah yang kondusif, di mana semangat kolaborasi dan kerjasama dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi proses belajar-mengajar, tetapi juga akan membangun lingkungan sekolah yang penuh dengan semangat kebersamaan dan kemajuan.

Loyalitas Guru, Staf, dan Karyawan: Kunci Keberlanjutan Sekolah
Loyalitas adalah salah satu elemen penting yang menentukan stabilitas dan keberlanjutan sekolah. Dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS)) ini, dibahas berbagai strategi untuk meningkatkan loyalitas di kalangan guru, staf, dan karyawan sekolah. Pendekatan yang berfokus pada aspek humanis menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung produktivitas secara optimal.
Dra. Galuh menekankan pentingnya memberikan penghargaan atas kontribusi setiap individu di sekolah. Beliau menyatakan, “Ketika guru dan staf merasa dihargai, mereka akan memberikan yang terbaik dari diri mereka.” Selain memberikan penghargaan, kepala sekolah juga dianjurkan untuk mendengarkan aspirasi para guru dan staf serta menciptakan ruang dialog terbuka. Dengan adanya ruang dialog ini, semua pihak akan merasa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga tercipta rasa kepemilikan bersama terhadap tujuan dan visi sekolah.
Lebih lanjut, Dra. Galuh menambahkan bahwa loyalitas bukan hanya tentang melaksanakan tugas dengan baik dan memiliki nilai-nilai kerja yang tinggi, tetapi juga bagaimana setiap individu berkomitmen untuk memajukan sekolah dan aktif dalam gerakan-gerakan yang mendukung kemajuan tersebut. “Loyalitas sejati tercermin dari keinginan dan usaha setiap anggota komunitas sekolah untuk terus memperbaiki dan mengembangkan sekolah demi kebaikan bersama,” ungkapnya. Dengan demikian, gerakan untuk memajukan sekolah menjadi bagian integral dari budaya kerja di lingkungan sekolah, di mana setiap orang merasa terlibat dan berkontribusi secara aktif dalam pencapaian tujuan bersama.

Refleksi Sebagai Budaya Sekolah
Pembiasaan refleksi setelah kegiatan menjadi salah satu rekomendasi yang mendapatkan perhatian khusus. Refleksi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi dan menilai kegiatan yang telah dilakukan, tetapi juga sebagai sarana untuk menemukan inovasi dan solusi yang dapat diterapkan di masa mendatang. Melalui refleksi, sekolah dapat memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selalu berorientasi pada perbaikan berkelanjutan dan peningkatan kualitas. Dengan demikian, refleksi menjadi bagian integral dari upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan adaptif terhadap perubahan.
Di SMA Agus Salim, pembiasaan refleksi ini diperkuat melalui aktivitas Komunitas Belajar (Kombel) yang dikenal dengan nama “AGSA SEJATI.” Kombel ini menjadi wadah yang sangat penting bagi para pendidik untuk berbagi pengalaman, saling belajar, dan menciptakan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Di dalam Kombel, para guru dapat berdiskusi secara terbuka tentang berbagai tantangan yang dihadapi, serta mencari solusi bersama untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dra. Galuh memberikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif ini dan mendorong agar Kombel dapat terus menjadi motor penggerak perubahan yang positif di lingkungan sekolah.
Dra. Galuh menekankan bahwa melalui aktivitas Kombel, para pendidik tidak hanya dapat meningkatkan kompetensi profesional mereka, tetapi juga dapat membangun hubungan yang lebih erat dan saling mendukung satu sama lain. Kombel “AGSA SEJATI” diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam mengimplementasikan budaya refleksi dan kolaborasi yang konstruktif. Dengan demikian, Kombel ini akan terus berperan sebagai sumber inspirasi dan inovasi, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di SMA Agus Salim secara keseluruhan.
Penggunaan Sarpras Secara Maksimal
Sarana dan prasarana (sarpras) adalah elemen yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Dalam Program Kepemimpinan Kepala Sekolah (PKKS) ini, dibahas bagaimana sarpras tidak hanya dilihat sebagai fasilitas fisik yang tersedia di sekolah, tetapi juga sebagai alat strategis yang harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Dra. Galuh memberikan beberapa contoh inovasi dalam pemanfaatan sarpras untuk mendukung pembelajaran modern, termasuk integrasi teknologi dalam pembelajaran sehari-hari.
Dra. Galuh menekankan bahwa dengan pemanfaatan teknologi, sarpras dapat berfungsi lebih dari sekadar fasilitas fisik. Misalnya, ruang kelas yang dilengkapi dengan perangkat digital dapat memungkinkan guru untuk menggunakan metode pengajaran yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa. Selain itu, teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi administrasi sekolah, sehingga memungkinkan lebih banyak waktu dan sumber daya dialokasikan untuk kegiatan pembelajaran.
Selain membahas inovasi dalam pemanfaatan sarpras, Dra. Galuh juga menyoroti pentingnya perawatan rutin sarpras agar fasilitas yang ada tetap dalam kondisi optimal dan dapat digunakan secara maksimal. “Sarpras adalah investasi jangka panjang yang harus dijaga dan dirawat dengan baik,” tegasnya. Beliau menambahkan bahwa semua pihak di sekolah, mulai dari siswa hingga guru dan staf, harus merasa bertanggung jawab atas keberlanjutan sarpras tersebut. Kepedulian dan tanggung jawab bersama ini akan memastikan bahwa sarpras selalu siap digunakan dan dapat memberikan manfaat maksimal bagi proses pembelajaran.
Dra. Galuh juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana perawatan rutin dan pemeliharaan sarpras dapat dilakukan secara efektif. Misalnya, dengan membuat jadwal perawatan berkala dan melibatkan siswa dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan dan merawat fasilitas sekolah. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar tentang pentingnya menjaga sarpras, tetapi juga mengembangkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan.

Peran Orang Tua dalam Mendukung Kegiatan Sekolah
Keterlibatan orang tua menjadi aspek lain yang mendapat perhatian dalam PKKS ini. Orang tua bukan hanya pendukung finansial, tetapi juga mitra strategis dalam mendidik anak-anak. Program-program yang melibatkan orang tua, seperti kegiatan literasi bersama, seminar parenting, atau kerja bakti lingkungan sekolah, diyakini mampu memperkuat sinergi antara sekolah dan keluarga.
SMA Agus Salim telah memulai langkah ini dengan berbagai program inklusif yang melibatkan orang tua dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Dra. Galuh mendorong agar keterlibatan ini terus ditingkatkan sehingga terbentuk ekosistem pendidikan yang saling mendukung.
PKKS kali ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi SMA Agus Salim. Dari penguatan kepribadian kepemimpinan hingga keterlibatan komunitas sekolah, semuanya dirancang untuk mendukung visi sekolah dalam mencetak generasi unggul dan berdaya saing global.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen yang kuat, SMA Agus Salim siap menghadapi tantangan pendidikan di masa depan. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi milik sekolah, tetapi juga kebanggaan bagi seluruh komunitasnya.